Jumat, 20 November 2009

TUGAS TERSTRUKTUR

KEPERAWATAN ANAK II

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR USIA 0-18 TAHUN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Disusun Oleh :

1.     Apriliani Yulianti W               G1D007060

2.     Rodiyati                                  G1D007063

3.     Dewi Purwanti                       G1D007064

4.     Dayan Hisni                            G1D007073

5.     Mufid Mas’ud            G1D007089

6.     Hastin Wulansari                   G1D007091

7.     Imam prastawa                      G1D007079

8.     M. Adi Nurhidayat                 N1A006070

 

 

 

 

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2009

BAB I

PENDAHULUAN

 

Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas.

Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalah tujuan penting perawat untuk membantu klien mendapatkan keutuhan istirahat dan tidur, maka perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur, factor yang mempengaruhi, dan kebiasaan tidur klien. Klien membutuhkan suatu pendekatan individual berdasarkan kebiasaan pribadi meraka dan pola tidur serta masalah khusus yang mempengaruhi tidur mereka. Intervensi keperawatan dapat menjadi efektif dalam mengatasi gangguan tidur jangka pendek dan jangka panjang. Satu teori fungsi tidur adalah berhubungan dengan penyembuhan (Evans dan French, 1995). Memperoleh kualitas tidur terbaik adalah penting untuk peningkatan kesehatan yang baik dan pemulihan individu yang sakit. Perawat memperhatikan klien yang seringkali mengalami ganggan tidur yang ada sebelumnya dan klien yang mengalami masalah tidur karena penyakit atau hospitalisasi. Kadang-kadang klien mencari pelayanan kesehatan karena mereka mengalami masalah tidur yang mungkin telah hilang tanpa disadari untuk beberapa tahun. Klien yang sakit seringkali membutuhkan lebih banyak tidur dan istirahat daripada klien yang sehat. Akan tetapi, sifat alamiah dari penyakit yang mencegah klien mendapatkan istirahat dan tidur yang cukup. Lingkungan institusi rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang dan aktivitas petugas pelayanan kesehatan dapat menyebabkan sulit tidur.

Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar dapat mempertahankan status kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu, proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh.

BAB II

PEMBAHASAAN

 

A.    PENGERTIAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan.

Karakteristik Istirahat

Narrow (1967) yang dikutip oleh perry dan potter 1993 mengemukakan enam karakteristik yang berhubungan dengan istirahat, diantaranya:

1.     Merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi.

2.     Merasa diterima.

3.     Mengetahui apa yang sedang terjadi.

4.     Bebas dari gangguan ketidaknyamanan.

5.     Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan.

6.     Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan.

Kebutuhan istirahat dapat di rasakan apabila semua karakteristik tersebut di atas dapat terpenuhi. Hal ini dapat dijumpai apabila pasien merasakan segala kebutuhannya dapat diatasi dan adanya pengawasan maupun penerimaan dari asuhan keperawatan yang diberikan sehingga dapat memberikan kedamaian. Apabila pasien tidak merasakan 6 kriteria terseut di atas maka kebutuhan istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga diperlukan tindakan keperawatan yang dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan istiahat dan tidur, misalnya mendengarkan secara hati-hati tentang kekhawatiran personal pasien dan mencoba meringankannya jika memungkinkan.

Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangukan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986), atau dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.

 

B.    FISIOLOGI TIDUR

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak pada mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, Retikularactivating System (RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dai korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses fikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan kotekolamin seperti noreprineprin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan karena adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaiu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.

Irama sirkadian, orang mengalami irama siklus sebagai bagian dari kehidupan mereka yang setiap hari. Irama yang paling dikenal adalah siklus 24 jam, siang-malam yang diknal dengan irama diurnal atau sirkardian. Siklus menstruai wanita adalah sebuah iram infradian, siklus yang terjadi dalam siklus yang lebih lama dari 24 jam. Siklus biologis berakhir kurang dari 24 jam disebut irama ultradian. Irama sirkardian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan funfsi perilaku. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormone, kemampuan sensori dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam.

Irama sirkardian termasuk sklus tidur bangun harian, dipengaruhi oleh cahaya dan suhu juga factor-faktor eksternal seperti aktivitas social dan rutinitas pekerjaan. Semua orang mempunyai jam yang sinkron dengan siklus tidur mereka. Beberapa orang dapat tertidur pada pukl 8 malam, sementara yang lain tidur ada tengah malam atau dini hari. Orang yang berbeda juga berfungsi terbaik pada waktu yang berbeda dalam satu hari. Horne dan Ostberg (1976) menguraikan 2 kelompok orang, jenis pagi dan malam. Orang pagi menyukai pergi tidur dan bangun pagi melakukan kegiatan pada pagi hari adalah paling baik orang malam menyukai tidur dan bangun lambat, paling baik berfungsi pada malam hari. Rumah Sakit atau fasilitas perawatan lanjutan biasanya tidak mengadaptasikan perawatan dengan pilihan untuk siklus tidur bangun klien. Rutinitas yang tipikal menyebabkan gangguan dalam tidur atau mencegah klien tertidur pada waktu biasanya. Jika siklus tidur bangun seseorang berubah secarabermakna, maka akan menghasilkan kualitas tidur yang buruk. Sebaliknya dalam siklus tidur bangun seperti tetidur pada siang hari (atau sebaliknya untuk orang yang kerja pada malam hari) dapat menunjukkan penyakit yang serius. Kecemasan, kurang istirahat, mudah tersinggung, dan gangguan penilaian adalah gejala umum gangguan dalam siklus tidur. Irama biologis tidur seringkali menjadi singkron dengan fungsi tubuh yang lain. Perubahan dalam suhu tubuh, sebagai contoh, berkorelasi dengan pola tidur. Secara normal, suhu tubuh meningkat memuncak pada siang hari, menurun secara berahap, dan kemudian turun secara tajam setelah seseorang tertidur. Jika siklus tidur bangun menjadi terganggu fungsi fisiologis lain dapat juga berubah. Sebagai contoh seseorang mungkin mengalami penurnan nafsu makan dan kehilangan berat badan. Kegagalan untuk mempertahankan siklus tidur bangun individual  yang biasanya dapat secara berlawanan mempengaruhi keselurhan kesehatan seseorang.

 

C.    FUNGSI DAN TUJUAN

Tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan lagi pada fungsi seluler yang penting. Secara umum, terdapat dua efek fisiologi dari tidur yaitu pertama; efek pada sistim saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di berbagai susunan saraf dan kedua; efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan.

Tidur dipercaya mengontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Oswald, 1984: ANCH DKK, 1988). Menurut teori tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya. Selama tidur NREM, fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 8 denyut per menit atau lebih rendah jika individu berada pada kondisi fisik yang sempurna. Akan tetapi selama tidur laju denyut jantung turun hingga 60 denyut per menit atau lebih rendah. Hal ini berarti bahwa denyut jantung 10 hingga 20 kali lebih sedikit dalam setiap menit selama tidur atau 60 hingga 120 kali lebih sedikit dalam stiap jam. Secara jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung.

Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormone pertumbuhan manusia untuk memperbaki dan memperbaharui sel epitel dan khusus untuk sel otak (Horne, 1983, Mandleson, 1987; Born, Muth, Fehm, 1988). Akan tetapi, Horne (1983) juga berpendapat bahwa peran hormone pertumbuhan yang umum sebagai suatu promotor sintesis protein adalah terbatas dikarenakan pelepasannya tidak berhubungan dengan kadar glukosa darah dan asam amino. Penelitian lain menunjukkan bahwa sintesis protein pada kulit, mukosa, sumsum tulang, mukosa lambung, dan otak terjadi selama istirahat dan tidur (Oswald, 1984). Tidur NREM menjadi sangat penting khususnya pada anak-anak yang mengalami lebih banyak tidur tahap 4.

Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energy saat tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif dan tidak adanya kontraksi ototmenyimpan energy kimia untuk proses seluler. Penurunan laju metabolic basal lebih jauh menyimpan persediaan energy tubuh Anch dkk, 1988).

Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran. Selama tidur, otak menyaring informasi yang disimpan tentang aktivitas hari tersebut.

Kegunaan tidur pada perilaku seringali tidak diketahui sampai seseorang mengalami suatu masalah akibat deprivasi tidur. Kurangnya tidur REM dapat mengarah pada perasaan bingung dan curiga. Tidak ada hubungan sebab akibat yang jelas antara kehidupan tidur dan fungsi tubuh yang spesifik (Webster dan Tompson, 1986). Akan tetapi, berbagai fungsi tubuh (misalnya penampilan motorik, memori dan keseimbangan) dapat berubah ketika terjadi kehilangan tidur yang memanjang.

 

D.    MACAM-MACAM TIDUR

Berdasarkan prosesnya tidur dibagi ke dalam dua jenis, berikut ini penjelasannya :

1.     Tidur non rapid eyes movement (NREM) yaitu jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam system pengaktivasi retikularis, disebut dengan tidur gelombang lambat (slow wave sleep) atau tidur gelombang delta karena gelombang otak bergerak lambat. Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, tidur nyenyak. Gelombang otak yang bergerak lebih lambat sehingga menyebabkan mimpi tapi tidak nyata.

Ciri-ciri tidur NREM:

a.      Betul-betul istirahat penuh.

b.     Tekanan darah menurun.

c.      Frekuensi nafas menurun.

d.     Pergerakan bola mata melambat.

e.      Mimpi berkurang.

f.      Metabolisme turun.

Perubahan selama proses tidur gelombang lambat adalah melalui elektroensefalografi dengan mempelihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur. Pertama; kewaspadaan penuh dengan gelombang beta yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah, kedua; istirahat tenang yang diperlihakan pada gelombang alfa, ketiga; tidur ringan karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis teta atau delta yang bervoltase rendah dan keempat; tidur nyenyak karena gelombang lambat dengan gelombag delta bervoltase tinggi dengan kecepatan 1-2/detik.

2.     Tidur rapid eyes ovement (REM), yaitu jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti, disebut juga jenis tidur paradoks. Berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada.

Ciri tidur paradoks sebagai berikut :

a.      Biasanya disertai dengan mimpi aktif.

b.     Lebih sulit dibangukan daripada selama tidur nyenyak gelombang lambat.

c.      Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan inhibsi kuat proyeksi spinal atas sistim pengktivasi retikularis.

d.     Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur.

e.      Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang idak teratur.

f.      Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.

g.     Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan ireguller, tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme meningkat.

h.     Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi.

 

 

 

E.    KEBUTUHAN TIDUR NORMAL

Durasi dan kualitas tidur beragam di antara orang-orang dari kelompok usia atau bergantung pada tingkat perkembangan. Seseorang mungkin merasa cukup berisirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang lain membutuhkan 10 jam.

 

Tabel 1. Kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia/tingkat perkembangan

Usia

Tingkat Perkembangan

∑ Kebutuhan Tidur

0 bulan – 1 bulan

1 bulan - 18 bulan

18 bulan - 3 tahun

3 bulan - 6 tahun

6 bulan - 12 tahun

12 bulan - 18 tahun

Masa neonatus

Masa bayi

Masa anak

Masa prasekolah

Masa sekolah

Masa remaja

14-18 jam/hari

12-14 jam/hari

11-12 jam/hari

11 jam/hari

10 jam/hari

8,5 jam/hari

 

Masa Neonatus, Rata-rata tidur sekitar 14-18 jam/hari atau 16 jam/hari. Bayi yang lahir dari ibu tanpa medikasi lahir dalam keadaan terjaga. Mata terbuka lebar dan mengisap kencang. Setelah satu jam bayi baru lahir mejadi diam dan kurang responsif terhadap stimulus internal dan eksternal. Periode tidur berakhir beberapa menit sampai 4 jam setelahnya (Wong, 1995). Kemudian bayi terangun lagi dan serigkali menjadi terlalu responsif terhadap stimulus. Stimulus lapar, nyeri, dingin, atau yang lain seringkali menyebabkan tangisan. Pada minggu pertama, bayi baru lahir tidur dengan konstan. Kira-kira 50% dari tidur ini adalah tidur REM, yang menstimulasi pusat otak tertinggi. Hal ini dianggab esensial bagi perkembangan karena eonatus tidak terjaga cukup lama untuk stimulasi eksternal yang bermakna.

Masa Bayi, Bayi tidur beberapa kali pada siang hari tetapi biasanya tidur rata-rata 12-14 jam sehari dan 8-10 jam pada malam hari. Sekitar 30% dari waktu tidur dihabiskan dalam siklus REM. Bangun biasanya terjadi pada pagi hari, meskipun tidak umum bagi bayi untuk terjaga selama malam hari. Jika bangun selama malam hari menjadi rutin, masalahnya pada diet karena lapar seringkali membangunkan anak. Bayi yang minum ASI biasanya tidur selama periode yang lebih pendek dengan lebih sering terbangun, daripada bayi yang minum susu botol (Wong,1995). Bayi yang lebih besar lebih lama daripada bayi yang lebih kecil karena kapasitas lambungnya yang lebih besar. Seorang bayi antara usia 1 bulan dan 1 tahun tidur rata-rata 14 jam sehari. Dibandingkan dengan anak-anak yang lebih besar, tidur aktif (REM) membentuk proporsi tidur yang lebih besar. Sebaliknya pada bayi yang baru lahir yang tidur dan bangun bergantian sepanjang perode 24 jam, setelah usia empat bulan periode tidur terpanjang terlihat pada malam hari.

Masa Todler, pada usia 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur siang setiap hari. Total tidur arta-rata 12 jam sehar. Tidur siang dapat hilang pada usia 3 tahun. Hal yang umum pada todler terbangun pada malam hari.persentase tidur REM berlanjut menurum. Selama periode ini todler todler tidak ingin tidur pada malam hari. Ketidakinginan ini berhubungan dengan kebutuhan untuk otonomi atau takut perpisahan. Todler mempunyai kebutuhan untuk mengeksplorasi dan memuaskan kweingintahuannya yang dapat menjelaskan mengapa beberapa dari mereka mencoba untuk menunda waktu untuk tidur.

Masa Prasekolah, rata-rata tidur anak usia prasekolah sekitar 12 jam semalam (sekitar 20% adalah REM). Pada usia 5 tahun, anak prasekolah jarang tidur siang (Wong, 1995). kecuali pada kebudayaan yaitu siesta yaitu kebiasaan. Anak usia prasekolah biasanya mengalami kesulitan untuk relaks atau diam setelah hari-hari aktif, panjang. Anak usia prasekolah juga mempunyai masalah dengan ketakutanwaktu tidur, terjaga pada malam hari, atau mimpi buruk. Orang tua paling berhasil membawa anak prasekolah untuk tidur dengan membina ritual yang konsisten yang menyangkut aktivitas waktu tenaang sebelum waktu tidur. Biasanya, para ahli tidak merekomendasikan seorang anak diperbolehkan tidur dengan orang tuanya. Akan tetapi dibeberapa kebudayaan, berbagi tempat tidur dan ruangan dengan orang tua telah diterima sebagai praktik tidur.

Masa Anak Usia Sekolah, jumlah tidur yang diperlukan pada usia sekolah bersifat individual karena status aktivitas dan tingkat kesehatan yang bervariasi. Anak usia sekolah biasanya tidak membutuhkan tidur siang. Pada usia 6 tahun akan tidur rata-rata 11-12 jam; sementara anak usia 11 tahun tidur sekitar 9 sampai 10 jam (Wong, 1995). anak usia 6 atau 7 tahun biasanya bisa dibujuk untuk tidur dengan mendorong melakukan aktivitas yang tenang. Anak yang lebih tua sering kali menolak tidur karena ketidaksadaran terhadap kelelahan atau kebutuhan mandiri. Anak usia sekolah akan merasa lelah pada hari berikutnya jika diizinkan untuk tinggal lebih lama dari biasanya. Anak yang lebih tua meminta waktu tidur yang lebih larut sebagai suatu simbol dominan dari anak yang lebih muda. Orang tua biasanya berhasil membuat anak yang lebih tua untuk tidur dengan menggunakan pendekatan tegas dan konsisten. Anak usia sekolah yang lebih tua diperbolehkan tidur lebih larut, tetapi hak istimewa ini tergantung pada anak untuk tidur segera tanpa keluhan.

Masa Remaja, remaja memperoleh sekitar 7,5 jam untuk tidur setiap malam (carscadon, 1990). pada saat kebutuhan tidur yang aktual meningkat, remaja umumnya mengalami sejumlah perubahan yang seringkali mengurangi waktu tidur yang spesifik. Tuntutan sekolah, kegiatan sosial setelah sekolah, dan pekerjaan paruh waktu menekan waktu yang tersedia untuk tidur. Remaja pergi tidur lebih larut dan terbangun lebih cepat pada waktu sekolah menengah atas. Harapan sosial yang umum adalah remaja membutuhkan waktu tidur yang lebih sedikit daripada praremaja. Akan tetapi, data laboratorium menunjukkan bahwa remaja mempunyai kebutuhan fisiologis untuk tidur lebih banyak bila dibandingkan dengan praremaja (Carskado,1990). Karena tuntutan gaya hidup yang memperpendek waktu yang tersedia untuk tidur dan kemungkinan kebutuhan fisiologis, maka remaja seringkali mengantuk berlebihan pada siang hari. Penampilan di sekolah, kerentanan kecelakaan, dan masalah perilaku dan suasana hati berkaitan dengan kebutuhan tidur yang kurang. Orang tua, guru, dan remaja itu sendiri seringkali kekurangan pengetahuan tentang apa itu tidur yang tepat. Mereka perlu pendidikan untuk meningkatkan apa yang menjadi masalah kesehatan yang penting bagi remaja.

 

F.     GANGGUAN TIDUR

1.     Insomnia

Merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi 3 jenis, yaitu: initialinsomia merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur, intermitten insomnia merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun di malam hari; dan terminal insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya rasa khawatir, tekanan jiwa, ataupun stress.

2.     Hipersomnia

Merupakan gangguan tidur dengan criteria tidur berlebihan, pada umumnya lebih dari 9 jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolisme.

3.     Parasomnia

Merupakan kumpulan beberapa penyait yang dapat mengganggu pola tidur seperti somnambolisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap tiga dan empat dari tidur NREM. Somnambolisme ini dapat menyebabkan cedera.

4.     Enuresa

Buang air kecil yang tidak disengaja ada waktu tidur, atau bias juga disebut dengan istilah mengompol. Enuresa dibagi enjadi 2 jenis, yaitu: enuresa nocturnal, merupakan mengompol diwaktu tidur; dan enuresa diurnal, mengompol pada saat bangun tidur. Enuresa nocturnal umumnya merupakan gangguan pada tidur REM.

5.     Apnea tidur dan mendengkur

Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah. Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangan dalam pengaliran udara. Di hidung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh adanya adenoid, atau mengendurnya otot di belakang mulut. Terjadinya apnea dapat mengacaukan jalannya pernapasan sehingga dapat mengakibatkan henti napas. Bila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.

6.     Narkolepsi

Merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur. Misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau disaat sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan gangguan neurologis.

7.     Mengigau

Dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan di luar kebiasan. Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa hamper semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum tidu REM.

8.     Gangguan pola tidur secara umum

Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istrahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan (karpenito, LJ, 1995). Gangguan ini terlihat pada pasien dengan kondisi yang mmperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis kehitaman di daerah mata, kelopak mata bengkak, konjunctiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk. Penyebab dari gangguan tidur ini anatara lain kerusakan transfer oksigen, gangguan metabolism, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, imobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, factor lingkungan yang mengganggu dan lain-lain.

9.     Deprivasi Tidur

Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat disomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (misalnya, demam, sulit bernafas, atau nyeri), stress emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan (misalnya asuhan keperawatan yang sering dilakukan), dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja. Dokter dan perawat cenderung mengalami deprivasi tidur karena jadwal kerja yang panjang dan rotasi jam dinas. Deprivasi tidur melibatkan penurunan kuantitas dan kualitas tidur secara konsistenan waktu tidur. Apabila tidur mengalami gangguan atau terputus-putus, dapat terjadi perubahan urutan siklus tidur normal. Terjadi deprivasi tidur kumulatif. Keparahan gejala sering berhubungan dengan deprivasi tidur. Terapi yang paling efektif untuk deprivasi tidur adalah menghilangkan atau memperbaiki factor-faktor yang mengganggu pola tidur. Perawat dapat memainkan peranan penting dalam mengidentifikasi masalah-masalah deprivasi tidur yang dapat diobati.

10.  Broke Seasion

Gangguan tidur berupa menggeretakan gigi secara tidak sadar dalam beberapa waktu tertentu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan. Sedangkan tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangukan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986).

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak pada mesensefalon dan bagian atas pons. Secara umum, terdapat dua efek fisiologi dari tidur yaitu pertama; efek pada sistim saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di berbagai susunan saraf dan kedua; efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan.

Tidur dapat berfungsi untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lain. Tidur juga dipercaya mengontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis, tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin, dan  tubuh dapat menyimpan energy saat tidur. Sedangkan fungsi dari tidur REM yaitu untuk pemulihan kognitif.

Berdasarkan prosesnya tidur dibagi ke dalam dua jenis, berikut ini penjelasan dari masing-masing jenis diantaranya yaitu tidur non rapid eyes movement (NREM) yaitu jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam system pengaktivasi retikularis, dan tidur rapid eyes ovement (REM).

Kebutuhan istirahat dan tidur tiap tahapan usia berbeda diantaranya yaitu pada masa neonates rata-rata tidur sekitar 14-18 jam/hari atau 16 jam/hari, pada masa bayi, bayi biasanya tidur beberapa kali pada siang hari tetapi biasanya tidur rata-rata 12-14 jam sehari dan 8-10 jam pada malam hari. Pada masa tolder, pada usia 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur siang setiap hari, total tidur rata-rata 12 jam sehari. Masa prasekolah, rata-rata tidur sekitar 12 jam semalam (sekitar 20% adalah REM). Masa Anak Usia Sekolah, jumlah tidur yang diperlukan pada usia ini bersifat individual karena status aktivitas dan tingkat kesehatan yang bervariasi. Anak usia sekolah biasanya tidak membutuhkan tidur siang. Pada usia 6 tahun akan tidur rata-rata 11-12 jam, sementara anak usia 11 tahun tidur sekitar 9 sampai 10 jam. Masa Remaja, remaja memperoleh sekitar 7,5 jam untuk tidur setiap malam. Durasi dan kualitas tidur beragam di antara orang-orang dari kelompok usia atau bergantung pada tingkat perkembangan. Seseorang mungkin merasa cukup berisirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang lain membutuhkan 10 jam.

Dalam kebutuhan istirahat dan tidur juga bisa terjadi gangguan tidur yang dapat mengganggu. Gangguan tidur ada bermacam-macam dengan penyebab yang berbeda-beda pula. Gangguan tidur yang dapat terjadi diantaranya yaitu Insomnia, Hipersomnia, Deprivasi Tidur, Broke Seasame, Parasomnia, Enuresa, Apnea tidur dan mendengkur, Narkolepsi, Mengigau, serta adanya gangguan pola tidur secara umum yang bisa terlihat pada pasien dengan kondisi yang memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis kehitaman di daerah mata, kelopak mata bengkak, konjunctiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anonim. 2009. kebutuhan Istirahat dan Tidur. Http://kdmrehat.blogspot.com. Diakses tanggal 20 september 2009.

Arty Melanie. 2006. Anak tidur Mendengkur dan Mengingau. Http://www.mail.archive.com. Diakses tanggal 20 september 2009.

Erfandi. 2008. Konsep Dasar Istirahat dan Tidur. Http://puskesmas-oke.blogspot.com. Diakses tanggal 20 september 2009.

Hidayat. 2009. Konsep Aktivitas, Istirahat, dan Tidur. Http://hidayat2.wordpress.com. Diakses tanggal 20 september 2009.

Hull, David. 1999. Kesehatan Anak. Jakarta : Arcan.

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar