Rabu, 25 November 2009

KANKER PAYUDARA

KANKER PAYUDARA

 A.    Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara (Carsinoma mamae) adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.

 B.    Etiologi

Etiologi dari kanker payudara tidak diketahui dengan pasti, namun  terdapat serangkaian faktor genetic, hormonal dan kemudian kejadian lingkungan yang dapat menunjang terjadinya kanker payudara (Mansjoer, 2000).

C.    Patofisiologi

Proses terjadinya kanker karena terjadi perubahan struktur sel, dengan ciri : proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal  sel kanker akan menggangu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi  terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal.

 D.    Faktor Resiko

1)     Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara – Insidensi kanker payudara oleh karena genetik menunjukkan 5-10 %.

2)     Wanita dengan  kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, asupan lemak berlebihan dan kurang olahraga.

3)     Pernah menderita kanker pada salah satu payudara

4)     Kehamilan pertama pada usia 35 tahun

5)     Faktor hormonal (baik estrogen maupun androgen)

6)     Awal menstruasi (menarche) sebelum usia 12 tahun dan berhenti menstruasi (menopause) setelah usia 50 tahun.

7)     Tidak pernah menyusui anaknya

8)     Pada pria penyakit hati disebut sebagai salah satu faktor risiko kanker payudara.

9)     Usia yang makin bertambah – Kanker payudara 78 % menunjukkan terjadi pada usia lebih 50 tahun dan 6 % terjadi pada usia kurang dari 40 tahun. Sedangkan rata-rata kanker payudara ditemukan pada usia 64 tahun.

 E.    Tanda-tanda kanker payudara

a)     Nyeri di daerah massa

b)     Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting,

c)     Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan encer padahal ibu tidak sedang hamil / menyusui.

d)     Benjolan di payudara atau ketiak.

e)     Perubahan bentuk dan ukuran  payudara yang luar biasa.

f)      Kerutan atau lekuk yang luar biasa pada payudara.

g)     Puting payudara tertarik ke dalam.

h)     Pada pria ada perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar puting. Kulit putingnya bertambah merah, mengerut, tertarik ke dalam, atau bisa jadi sudah keluar cairan dari putingnya. Kanker umumnya hanya menyerang sebelah dari kedua payudara, dan jika diraba teraba keras menggerenjil.

 F.     Tindakan pencegahan

a.      Kesadaran SADARI dilakukan setiap bulan.

b.     Berikan ASI pada Bayi.

c.      Memberikan ASI pada bayi secara berkala akan mengurangi tingkat hormone tersebut. Sedangkan kanker payudara berkaitan dengan hormon estrogen.

d.     Jika menemukan gumpalan atau benjolan pada payudara segera periksakan diri ke tenaga kesehatan.

e.      Mencari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga. Menurut penelitian 10 % dari semua kasus kanker payudara adalah factor gen.

f.      Perhatikan konsumsi alcohol. Dalam penelitian menyebutkan alcohol meningkatkan estrogen.

g.     Perhatikan BB, obesitas meningkatkan risiko kanker payudara.

h.     Olah raga teratur. Penelitian menunjukkan bahwa semakin kurang berolah raga, semakin tinggi tingkat estrogen dalam tubuh.

i.       Kurangi makanan berlemak.

j.       Usia > 50 tahun lakukan skrening payudara teratur. 80% Kanker payudara terjadi pada usia > 50.

Rileks atau hindari stress berat. Menurunkan tingkat stress akan menguntungkan untuk semua kesehatan secara menyeluruh termasuk risiko kanker payudara

Asuhan Keperawatan Diare

Asuhan Keperawatan Diare

 

A.    Pengertian

Diare adalah buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali dengan konsistensi cair (WHO, 1992). Diare  adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair  bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya  lebih dari 3 kali dalam sehari). Pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak, konsisten feses encer, dapat berwarna hijau, dapat juga bercampur lender dan darah, atau hanya lender saja (FK UI,1997).

Klasifikasi Diare sebagai berikut :

1.     Menurut perjalanan penyakit :

a.         Diare akut : jika kurang dari 1 minggu

b.         Diare berkepanjangan : jika antara 1 minggu sampai 14 hari

c.         Diare kronis : jika lebih dari 14 hari dan disebabkan oleh non infeksi

d.         Diare persiten : jika lebih dari 14 hari dan disebabkan oleh infeksi

2.     Menurut patofisiologi :

a.      Gangguan absorbs

b.     Gangguan sekresi

c.      Gangguan osmotik

3.     Menurut penyebab

a.      Infeksi : virus, bakteri, parasit, dan jamur

b.     Konstitusi

c.      malabsorpsi

4.     Diare dengan masalah lain. Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti : demam, gangguan gizi, atau penyakit lain.

 

B.    Penyebab

Penyakit diare dapat disebabkan oleh :

a)     Infeksi

¨     Infeksi entral adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab diare pada anak yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan parasit.

¨     Infeksi parentral adalah infeksi diluar alat pencernaan makan. Keadaan ini terutama terdapat pada anak kurang dari dua tahun.

b)     Factor malabsorsi yaitu gangguan dalam pencernaan makanan

c)     Factor makanan

¨     Alergi makanan dan keracunan makanan

¨     Makanan basi

d)     Imunodefisiensi atau imunosupresi (kekebalan menurun)

e)     Faktor lingkungan dan perilaku

 

C.    Tanda dan Gejala

a.      Mula mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada

b.     Tinja menjadi cair dan mungkin mengandung darah atau lendir

c.      Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare

d.     Bila penderita sudah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka timbullah dehidrasi

e.      Tanda-tanda Dehidrasi Berat :

-        Letargis atau tidak sadar

-        Mata cekung

-        Tidak bisa minum atau malas minum

-        Cubitan kulit perut kemblinya sangat lama.

f.      Tanda-tanda Dehidrasi ringan atau sedang :

-        Gelisah, rewel, mudah marah

-        Mata cekung

-        Haus, minum dengan lahap

-        Cubitan kulit perut kembalinya lambat

 

 

D.    Komplikasi

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :

1)     Dehidrasi

2)     Hipokalsemia

3)     Masalah gizi ; maldigesti, malabsorbsi, kehilangan zat gizi langsung, katabolisme

4)     Hipoglikemia

5)     Kejang akibat dari dehidrasi hipertonik

 

E.    Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fisik

·       Suhu tubuh

·       Berat badan

·       Status gizi

·       Tanpa dehidrasi

·       Kemungkinan komplikasi lain

Cara menilai dehidrasi (WHO, 1992)

Gejala dan tanda

Tidak dehidrasi

Dehidrasi tidak berat

Dehidrasi berat

1.     Keadaan umum

Baik

Rewel, gelisah, lemah

Apatis, tidak sadar

2.     Mata

Tidak cekung

Cekung dan kering

Sangat cekung

3.     Air mata

Jika menangis masih ada

Jika menangis tidak ada

Jika menangis tidak ada

4.     Bibir

Tidak kering

Kering

Sangat kering

5.     Rasa haus

Tidak merasa haus

Haus sekali, jika diberi minum rakus

Tidak bisa minum

6.     Cubitan kulit

Cepat kembali

Lambat

Sangat lambat

 

F.     Patofisiologi

v Mikroorganisme melalui makanan masuk ke dalam alat pencernaan

v Mikroorganisme tersebut berkembang biak setelah berhasil melewati lambung

v Mikroorganisme membentuk toksin (endotoksin)

v Terjadinya rangsangan pada mukosa usus sehingga terjadi hiperperilstaltik dan sekresi cairan untuk membuang mikroorganisme, sehingga terjadilah diare.

 

G.   Pathway

Faktor penyakit/toksis (missal toksin E.Coli)

 

Peningkatan peristaltic usus

Peningkatan cairan intraluminar

 

Passase usus meningkat

 

Waktu henti makanan menurun

Frekuensi BAB meningkat

 

o   Resiko infeksi

 

o   Resiko kerusakan integritas kulit

 

Penyerapan makanan, elektrolit terganggu

Pengeluaran cairan meningkat

¨     Ketidakseimbangan cairan

 

¨     Ketidakseimbangan nutrisi kurang

 

¨     Reaksi hipo/hipertermi

 

¨     Reaksi hipo/hipernatremi

 

¨     Reaksi hipo/hiperkalemi

 

¨     Asidosis metabolik

 

 

H.    Penatalaksanaan

1)     Penanganan Dehidrasi Ringan :

a.       Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)

·       ASI tetap diberikan bagi anak yang masih menyusu

·       Oralit

·       Larutan gula garam

·       Cairan makanan( air tajin,kuah sayur atau air matang)

b.       Lanjutkan pemberian makan

c.       Pergi ke pusat pelayanan kesehatan

 

2)     Penanganan Dehidrasi Sedang atau Ringan:

a.       Pemberian cairan tambahan seperti penanganan dehidrasi ringan

b.       Pemberian Oralit secara intensif selama periode 3 jam

c.       Ulangi penilaian dan klasifikasikan derajat dehidrasinya.

 

3)     Penanganan Dehidrasi Berat :

§  Rujuk segera ke pusat pelayanan kesehatan untuk pengobatan IV

 

4)     Penanganan Diare persisten dan Disentri

§  Lakukan rehidrasi bila terjadi dehidrasi

§  Pemakaian Antibiotik sesuai anjuran dokter

 

5)     Penatalaksanaan secara umum :

a.      Mencegah terjadinya dehidrasi

Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dgn memberikan minuman lebih banyak cairan rumah tangga yg dianjur- kan, bila tidak mungkin berikan air matang

b.     Mengobati Dehidrasi

Bila terjadi Dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat

c.      Memberi makanan

Berikan makanan selama serangan diare untuk   memberikan gizi pada penderita terutama anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.  Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit-sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti, pemberian ekstra makanan diteruskan selama 2 minggu untuk membantu memulihkan berat badan anak

d.     Mengobati masalah lain

Pengobatan sesuai indikasi, dengan  tetap mengutamakan rehidrasi.

 

I.      Pencegahan

1.     Meningkatkan pemberian ASI

2.     Memperbaiki pemberian makanan pendamping ASI

3.     Menggunakan air bersih yang cukup

4.     Mencuci tangan dengan sabun

5.     Menggunakan jamban yang benar

6.     Membuang tinja bayi dan anak-anak yang tepat

7.     Imunisasi campak

 

J.     Diagnosa Keperawatan

1.     Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare dan intake yang tidak adekuat

2.     Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan peristaltic usus yang menyebabkan waktu penyerapan menurun

3.     Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan tubuh dan malnutrsi

4.     Ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan kehilangan elektrolit melalui tinja/diare

 

K.    Nursing Care Plan

No

Diagnosa

Tujuan (NOC)

Intervensi

1

Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare dan intake yang tidak adekuat

 

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien akan menunjukan status hidrasi yang adekuat, keseimbangan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil :

§ Urine output >1300 ml/hari atau sekitar 30 ml/jam

§ Tekanan darah, nadi dan suhu tubuh dalam batas normal

§ Turgor kulit elastic (baik), mukosa mulut dan lidah lembab, dapat mengenali orang, tempat dan waktu

§ Mengerti tentang perawatan dan tujuan dari mencegah kehilangan cairan

§ Mendeskripsikan tanda dan gejala yang harus dikonsultasikan kepada team kesehatan

Fluid Management (manajemen cairan)

-     Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan

-     Monitor vital sign

-     Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian

-     Lakukan terapi IV

-     Monitor status nutrisi

-     Berikan cairan IV pada suhu ruangan

-     Dorong masukan oral

-     Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

-     Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit

 

Fluid Monitoring

(monitor cairan)

§ Monitor faktor-faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan kehilangan volume cairan

§ Awasi dari tanda awal hipovolemia, termasuk kelemahan, kram otot, dan hipotensi postural.

§ Monitor total asupan dan output setiap 8 jam atau setiap jam bila kondisi pasien tidak stabil

§ Amati kecenderungan output cairan dalam 3 hari termasuk semua rute input dan output dan catat warna ,BJ urine

§ Monitor vitas sign setiap 15 menit sampai 1 jam sekali untuk pasien yang tidak stabil, setiap 4 jam untuk pasien yang stabil, observasi penurunan tekanan nadi, kemudian hipotensi, takikardi,penurunan nadi, peningkatan atau penurunan suhu tubuh.

§ Lakukan oral higiene setidaknya 2 kali sehari jika mulut nyeri dan kering, berikan segera ketika bangun.

§ Berikan air segar dan cairan peroral sesuai kebutuhan klien

§ Berikan cairan parenteral sesuai program

2

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan peristaltic usus yang menyebabkan waktu penyerapan menurun

 

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien akan menunjukan status nutrisi baik dengan kriteria hasil :

§ Adanya peningkatan berat badan

§ Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

§ Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

§ Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi

§ Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan

§ Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

 

Nutrition Management

§ Kaji adanya alergi makanan

§ Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan Fe

§ Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

§ Kolaborasi terapi cairan parenteral bila asupan peroral tidak memungkinkan

§ Monitor jumlah nutrisi dan kendungan kalori

 

Pengelolaan Gangguan Makan

§ Pantau faktor-faktor resiko yang menyebabkan terjadinya muntah, diare

§ Hindarkan dari faktor resiko terjadinya kehilangan cairan

§ Berikan oral higiene setiap hari, setiap kali sesudah makan sesuai kebutuhan

§ Kolaborasi pemberian antiemetik atau anti diare

 

Nutrition Monitoring

§ Modifikasi lingkungan yang nyaman

§ BB pasien dalam batas normal

§ Monitor adanya penurunan BB

§ Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

§ Monitor interaksi anak dan orang tua selama makan

§ Monitor makanan kesukaan

3

Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan tubuh dan malnutrsi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien akan bisa mengkontrol resiko infeksi dengan kriteria hasil:

1.     TTV menjadi normal

2.     Bebas dari tanda-tanda infeksi.

3.     Angka leukosit normal.

4.     Klien mengatakan tahu tentang tanda-tanda infeksi.

Infection Control

§ Batasi pengunjung.

§ Tingkatkan masukan gizi yang cukup.

§ Kolaborasi dengan medis dalam pemberian antibiotik.

§ Anjurkan klien istirahat cukup.

§ Berikan penjelasan mengenai resiko dan tanda-tanda infeksi.

§ Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

 

Infection Protection

§ Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local

§ Batasi pengunjung

§ Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko

§ Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, dan drainase

§ Dorong masukan nutrisi yang cukup

 


 

L.    Pustaka

Anonim. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. FK-UI:Jakarta.

 

Depkes RI. 2000. Pelaksanaan Program P2 Diare. Depkes RI:Jakarta.

 

Depkes RI. 1998. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Depkes RI:Jakarta.

 

IOWA Intervention Project, 2000, Nursing interventions classification (NIC), Editor McCloskey, J. C., & Bulechek, G. M., 2nd ed, Mosby Inc, Missouri.

 

IOWA Outcomes Project, 2000, Nursing outcomes classification (NOC), Editor Johnson, M., Maas, M., & Moorhead, S., 2nd ed, Mosby Inc, Missouri.

 

NANDA 2005, Nursing diagnoses : Definition and classification 2005-2006, NANDA International, Philadelphia.